DAMPAK CURAH HUJAN TERHADAP BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
Andika Nuryahya (05171013)
Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Kalimantan
Ringkasan
Hujan merupakan
salah satu fenomena alam yang terdapat dalam siklus hidrologi dan sangat
dipengaruhi iklim. Keberadaan hujan sangat penting dalam kehidupan, karena
hujan dapat mencukupi kebutuhan air yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk
hidup. Hujan yang sampai ke permukaan tanah dapat diukur dengan cara mengukur
tinggi air hujan tersebut dengan berdasarkan volume air hujan per satuan luas.
Hasil dari pengukuran tersebut dinamakan dengan curah hujan. Curah hujan
menurut BMKG dibagi menjadi tiga yaitu sedang, lebat, dan sangat lebat.
Pemanfaatan curah hujan yang tinggi salah satunya dengan membuat sistem irigasi
untuk persawahan. Penanganan untuk curah hujan yang rendah salah satunya dengan
membuat perencanaan pengembangan insfrastruktur
1.
Pendahuluan
Salah satu faktor komponen lingkungan yang keberhasilan suatu usaha
budidaya tanaman adalah iklim. Hubungan antara iklim sebagai faktor lingkungan
dengan faktor genetik tanaman akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
kualitas tanaman. Faktor genetik
berkaitan dengan karakter yang bersifat pada tanaman, seperti kondisi batang,
bentuk bunga, bentuk daun dan sebagainya. Iklim khususnya hujan perlu mendapat
perhatian yang serius mengingat pengaruhnya terhadap hampir semua aspek
pertanian, sehingga sangat berperan terhadap perencanaan jangka pendek maupun
jangka panjang, terlebih pada saat kondisi terjadinya perubahan iklim.
Terjadinya peribahan iklim yang ekstrim berdampak cukup besar
terhadap tanaman musiman, terutama tanaman pangan. Salah satu unsur iklim yang
dapat digunakan sebagai indikator dalam hubungannya dengan tanaman adalah curah
hujan. Mengingat curah hujan merupakan
unsur iklim yang ketidaktetapannya tinggi dan pengaruhnya terhadap produksi
tanaman cukup signifikan. Jumlah curah hujan secara keseluruhan sangat penting
dalam menentukan hasil panen, bahkan jika ditambah dengan peningkatan suhu, peningkatan
suhu menimbulkan banjir dan tanah longsor, sebaliknya jika terjadi penurunan
dari kondisi normal akan berpotensi terjadinya kekeringan. Kedua hal tersebut
tentu akan berdampak buruk terhadap metabolisme tanaman dan berpotensi
menurunkan produksi, hingga terjadi kegagalan panen.
Keanekaragaman curah hujan biasanya dikaitkan dengan hasil tanaman
yang dicerminkan dalam bentuk produksi. Tulisan ini memaparkan mengenai curah
hujan dan pengaruhnya terhadap produksi tanaman pangan.
2.
Pembahasan
Hujan merupakan salah satu fenomena alam yang terdapat dalam siklus
hidrologi dan sangat dipengaruhi iklim. Keberadaan hujan sangat penting dalam
kehidupan di bumi, karena hujan dapat mencukupi kebutuhan air yang sangat
dibutuhkan oleh semua makhluk hidup.
Hujan merupakan gejala meteorologi dan juga unsur klimatologi.
Hujan adalah hydrometeor yang jatuh ke
bumi berupa partikel-partikel air yang mempunyai diameter kecil. Hydrometeor yang jatuh ke tanah disebut
hujan (Tjasyono, 2006).
Hujan yang sampai ke permukaan tanah dapat diukur dengan jalan
mengukur tinggi air hujan tersebut dengan berdasarkan volume air hujan per
satuan luas. Hasil dari pengukuran tersebut dinamakan dengan curah hujan. Curah
hujan diartikan sebagai tinggi air hujan yang diterima di permukaan sebelum
mengalami aliran permukaan, evaporasi dan peresapan ke dalam tanah (Aldrian,
2011).
Berdasarkan ukuran butiran, hujan dapat dibedakan menjadi beberapa
kriteria. Pertama, hujan rintik dengan diameter butirannya kurang dari 0,5 mm. Kedua,
hujan salju, adalah kristal-kristal es yang temperatur udaranya berada di bawah
titik beku (0oC). Ketiga, hujan es batu, curahan es batu yang turun
didalam cuaca panas awan yang temperaturnya dibawah titik beku (0oC).
Dan keempat hujan deras, dengan curah hujan yang turun dari awan dengan nilai
temperatur diatas titik beku berdiameter butiran ± 7 mm.
Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan menurut BMKG
dibagi manjadi tiga yaitu, hujan sedang, 20 - 50 mm per hari, hujan lebat,
50-100 mm per hari, dan hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari.
Solusi yang bisa diterapkan untuk menghadapi curah hujan yang
tinggi antara lain pertama, membuat bendungan untuk menampung air hujan. Kedua,
membuat sistem irigasi untuk persawahan. Ketiga, membuat Pembangkit Listrik
Tenaga Air. Keempat, membuat sumur resapan. Dan kelima, mencuci kendaraan
menggunakan air hujan untuk menghemat air.
Sedangkan solusi untuk menghadapi curah hujan yang rendah antara
lain pertama, perencanaan pengembangan infrastruktur (terutama jaringan
irigasi). Kedua, evaluasi tata ruang untuk pengaturan lahan (penyesuaian jenis
tanaman dengan daya dukung lahan). Dan ketiga, Peningkatan kemampuan Sumber
Daya Manusia (SDM) dalam pemahaman perubahan iklim.
Kemudian untuk solusi yang lain ialah menyesuaikan dengan kondisi
iklim setempat. Pembagian daerah iklim terbagi menjadi empat. Pertama, daerah
panas atau tropis dengan suhu sekitar 26,3oC – 22oC lebih
cocok ditanami padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, coklat.
Kedua, daerah sedang dengan suhu sekitar 22oC – 17,1oC
lebih cocok ditanami padi, tembakau, teh, kopi, coklat, kina, sayur-sayuran.
Ketiga, daerah sejuk dengan suhu sekitar 17,1oC – 11,1oC
lebih cocok ditanami kopi, teh, kina, sayur-sayuran. Dan keempat, daerah digin
dengan suhu sekitar 11,1oC – 6,2oC tidak ada tanaman
budidaya yang cocok ditanam.
3. Penutup
Adapun kesimpulan yang didapat dari karya tulis ilmiah ini adalah
sebagai berikut. Pertama, pemanfaatan curah hujan yang tinggi salah satunya
dengan membuat sistem irigasi untuk persawahan. kedua, penanganan untuk
curah hujan yang rendah salah satunya dengan membuat perencanaan pengembangan
insfrastruktur. Ketiga, hujan sangat penting karena hujan dapat memenuhi
kebutuhan air yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Keempat, hydrometeor
yang jatuh ke tanah disebut hujan.
Adapun ada
beberapa hal yang perlu untuk kita perhatikan dalam pemanfaatan curah hujan
yaitu mengetahui jenis irigasi yang akan digunakan, harus sesuai dengan
kondisi. Selain itu juga, pentingnya kerja sama untuk mengatasi curah hujan
yang tinggi dan juga rendah ini sangat diperlukan agar tujuan yang diinginkan
dapat tercapai dan sesuai dengan rencana.
Daftar Pustaka
Aldrian, E, Budiman, dan Mimin
Karmini. 2011. “Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia”. Pusat
Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Kedeputian Bidang Klimatologi, Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika : Jakarta
Suciantini. 2015. “Interaksi iklim
(curah hujan) di Kabupaten Pacitan”. Institut Pertanian Bogor : Bogor
Tjasyono, B. 2006. “Ilmu Kebumian
dan Antariksa”. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung
0 komentar:
Posting Komentar